Komuniti

Apakah pernah kita sedari sebelum ini? Seiring dengan jutaan manusia lain kita berlari2 dan berekejaran di atas jalan raya pada waktu-waktu yang ditentukan oleh koperasi-koperasi yang bertuhankan diri sendiri didokong naik oleh pangkat kemuliaan yang dianugerahkan oleh manusia-manusia ‘mulia’ yang lain. Setiap pagi dan setiap petang kita pergi dan kembali. Tidak bahagia jauh sekali sejahtera. Namun disebalik setiap hati kecil, ia impikan suatu kebahagiaan yang ia merasa kehilanganya. Justeru itu, mampukah ketenangan dikecapi dengan routine seharian dan melalui mengecapi kebendaan?

Hamba-hamba sesama kita pula telah mengkalsifikasi sesama mereka. Mereka hanya bersekongkol dengan orang-orang yang setaraf dengan status mereka di sisi komuniti dan masyarakat yang berpandukan fahaman barat yang menilai orang dari aspek luaran.

 Mereka ini adalah orang-orang kebanyakkan yang sudah sebati dengan kehidupan dunia seperti mana kambing biri-biri yang dikawal dan diherdik oleh seorang pengembala yang mengawal hala-tuju mereka. Setiap pagi ia keluar dan setiap petang ia dibawa kembali semula ke kandang-kandang yang mana, ada yang kembali ke kandang yang mewah dan ada yang pulang ke kandang yang disewa. Pengembalanya barangkali boleh jadi hutang-hutang di bank atau keinginan terhadap kekayaan yang tinggi atau yang bertujuan lebih mulia seperti menyara kehidupan etc.

Walaubagaimanapun, tidak jauh di sudut hati setiap hamba ada terdapat suatu kesan kehilangan; kerana sepanjang hidup ini fokus dan konsentrasi hanya diberikan kepada keperluan dan kesejahteraan jasad. Walhal kita adalah suatu makhluk yang berkerohanian. Apabila kecendurungan diberi lebih kepada yang fizikal maka rohani/kebatinan menjadi lemah dan ketenteraman menjadi suatu yang mustahil dikecapi.
Penyakit minda yang diwarisi.

Permasalahan dengan orang-orang tua yang telah deprogram oleh pemikiran barat, ditambah dengan otak yang di ‘brainwash’ hari-hari oleh rancangan-rancangan di TV. Projek pembodohan ini telah mencetuskan pemikiran seseorang itu cendurung kepada kebahagian-kebahagian yang cetek. Apabila orang tua telah berjaya dimanipulasikan, maka anak-anak mereka telah pun dengan mudah dimanipulasi. Jika diperhati inilah keadaan yang sedang dialami oleh masyarakat.

Memang benar, kita boleh mendapat kebahagiaan dari harta-harta di dalam pangkuan kita. Namun itu hanyalah sementara, bahkan mungkin hanya berpanjangan selama beberapa hari sahaja. Seperti satu ilusi yang memberi keseronokan sekelip mata. Sesudah itu mereka beralih mengejar ilusi yang lain.

Ironisnya, seakan jenaka buruk yang mencucuk hati, orang-orang miskin juga bercita-cita untuk menjadi orang-orang kaya yang menzalimi mereka. Kononya mereka akan dihormati dan disanjung. Ingatlah, jika benar sekali pon mereka dihormati, mereka hanya dihormati selama mana mereke mempunyai kuasa. Mereka tidak dihormati kerana akhlak atau karektor yang baik. Mana ada orang-orang kenamaan ini yang fahami akan erti ikhlas atau merendah diri?

Semua orang ingin kaya dunia, tetapi berapa ramai yang mempunyai keinginan untuk mengkayakan dalamanya? Sekiranya seseorang individu itu kaya dengan kerohanian maka dia telah mengenali dirinya dan keinginan-keinginan yang cetek seperti ingin membuktikan diri dan menunjuk-nunjuk kepada masyarakat tidak akan timbul.

Bila agaknya anak-anak muda akan mulai impikan untuk memartabatkan dan memberi kepentingan untuk memperkayakan kerohanian mereka dan bukan nama mereka? Sekiranya itu berlaku, isu-isu seperti hasad dan sifat mementingkan diri sendiri akan berkurangan dan masyarakat akan menjadi lebih makmur dan positif. Walaupun hanya angan-angan, namun ia memberi gambaran yang menarik.

Terdapat seorang nelayan yang mana setelah selesai kerjanya pada waktu pagi, sudah menjadi kebiasaanya untuk berbaring di bawah sebuah pokok yang besar dan rendang. Oleh kerana tabiatnya itu, kelakuanyai telah diperhatikan oleh seorang hartawan yang masyhur yang tinggal di kawasan itu. Suatu hari, kebetulan hartawan itu lalu di tempat berehat si nelayan. Bila sampai di hadapan nelayan yang sedang lena, hartawan itu berhenti dan dengan jelik bertanya, “Wahai manusia, mengapa kamu membuang masa kamu dengan berehat walhal kamu boleh berjaya seperti aku, jika kamu berusaha?” Si nelayan itu bertanya kembali, “Wahai hartawan, mengapakah kamu berusaha dan mengorbankan masa kamu sepanjang hayat walhal kamu sudah pun kaya?” Hartawan itu menjawab, “Supaya bila aku sudah cukup kaya maka bolehla aku bahagia dan berehat sepuas hati aku pada bila-bila masa.” Nelayan itu kemudian menjawab, “Jika begitu, aku sudah pun kecapi apa yang kau inginkan, kerana aku bahagia dengan apa yang aku ada dan selalu berehat sepuas hati ku. ”    

And of the people is he who worships Allah on an edge. If he is touched by good, he is reassured by it; but if he is struck by trial, he turns on his face [to the other direction]. He has lost [this] world and the Hereafter. That is what is the manifest loss. Surah Al-Haj 22.11

The Diamond

I met a diamond in the rough; it was deeply clenched by the hand of a hard rock and had other rock-like stains plastered on it. As soon as my eyes fell onto it my heart too fell for it; for I realized the purity that lies within it, Now engrossed with passion and fuelled by determination, eager I am to sculpt the diamond and make it pure and polish it to its fullest potential. Alas, sadly and unfortunately the stubborn rock that clasped it thought it was the possessor of the diamond and clasped it even more tightly. The rock then said, “you’re not good enough to even lay eyes one the diamond!”  Ignoring the rock’s cry, I tried to get the diamond away from the rock, though every time I do so I get pushed backwards violently by the rock. Now the diamond too is confounded by the rock that has been clenching it ever since it knew life. The diamond now perplexed and uncertain.


Though engulfed by dark clouds and though, weak and poor and unpolished myself;

even without any tools I would use my bare hands to unearth the diamond from the rock. For the diamond deserves to be loved, to be in ease and has the right to breathe the free breeze.  


Now that is odd. I always thought, I’d remain young but without me noticing, through all the sleeping and waking up I am no longer a kid. As I look at my hands pushing against the keys on the keyboard. I am not sure if they’re starting to wrinkle but still I think, I couldn’t possibly age beyond this. Every tomorrow is a day I keep growing; only in this case, I am growing old. I guess it is safe to say no one entertains the possibility of death while he is as ignorant as I am.
End of another year. The breeze moves the leaves gently, they seemed to be designed perfectly as they fluttered beautifully. Conjuring up  a picture of how people are akin to leaves, the branches akin to countries and the tree akin to the world. All three have one thing in common, though their time of death different, all are bound to perish gradually.

Poor

Poor.
Meager, inadequate, hunger, insignificant, weak, destitute, disfavored and unnoticed
Pour not a little love that originates from pure character?
Have you ever known poor?
A child that looks at other children in wonder, smiling helplessly at their grandeurs
Do you know what it means to be poor?
A life that has been decided in the household one was born into
Have you ever been poor?
Disrespected and hated by the closest family members and complete strangers
Do you know what it means to suffer?
When all you feel is fear
Have you known what education is?
Being deprived from it because one’s family was too poor to pay for it
Had you known what is terror?
Being stepped on and constantly feeling threatened
Do you know what life is like for the poor?
.
.
.
Suddenly in the pitch darkness of the night,
 The morning sun shone bright
It directed its light, causing comfort to reign over the whispering darkness
It spoke; do not fret for as long as the heart is clear, victory is near,
The trees then gently swaying, they said, be patient dear, do not fear, and take refuge in our cover
The blue sky too smiled, it said, what if not temporal, keep steadfast and soon you will be breaking your fast.
So did the vast ocean, serenading with its gentle waves, mesmerizing making his heart feel at ease, till he felt as if he was poor no more.
The ocean then said, should you not then be grateful?
don’t be overcome with sadness and forget your senses.
For this will pass and I will pass and you and everything else will pass
Don’t you know what life is?
Overcoming tests, being a grateful being and in humility attaining wisdom.
Do you know who the poorest are?
Those with too many desires, those who forget what they have while being engrossed in their desires
Do you know who the richest are?

Those who are grateful for what they have.

Vagabond

Like the keyboard is to the computer,
Like the fingers are to the keyboard,
Like the bees are to the flowers,
Like the ant who is infatuated by a particle of sugar,
Like love is to the heart,
One can go on and on with similes, metaphors and figure of speeches,
Akin to a kind heart that enlivens a sore one,
Patience that projects beauty,
Such is the value of the heart I am blessed to save guard,
The vagabond now no longer a vagrant.